Cari di Sini

Jumat, 26 Juni 2009

Keladitikus Jinakkan Kanker Usus


Di usia muda, 26 tahun, Mia Putri-bukan nama sebenarnya-sudah harus bergelut melawan kanker usus. Tumor ganas sebesar telur ayam bercokol di usus besarnya. Padahal di Indonesia, kanker yang menyerang 1,8 per 100.000 penduduk itu biasanya ditemui pada pria dan wanita di atas usia 50 tahun.

Awalnya Mia sering mengeluh sakit perut ringan hingga 1-2 hari. Kondisi yang berlangsung sejak Januari 2007 itu mencapai puncaknya pada pertengahan 2007. Sakit perut itu diiringi rasa perih dan mual. Semua makanan dimuntahkan. Kejadian itu membuat gadis kelahiran September 1983 itu lemah dan pucat.

Mia diberi nutrisi melalui infuse setelah keluarganya memboyong ke rumahsakit di Bekasi. Berselang 2 hari kondisi Mia tidak kunung membaik malah kian parah. Perutnya tampak membesar. Dokter mendiagnosis ada penyumbatan di usus besar yang perlu dioperasi. Hasil operasi di luar dugaan, penyebab penyumbatan itu ternyata tumor ganas stadium III. Ukurannya sebesar telur ayam.

Menurut dr Sunarto Reksoprawiro SpB(K) Onk, ahli bedah onkologi rumahsakit dr Soetomo, Surabaya, kanker usus dapat dipicu oleh factor genetic. Bila riwayat keluarga ditemukan enderita kanker, maka peluang terkena kanker lebih besar. Sebab lain, konsumsi makanan berkadar lemak tinggi dan rendah serat.

Lemak dicerna lama sehingga sering menumpuk di dinding usus. Bila dibiarkan, penumpukan itu membuat dinding sel usus rusak dan ujung-ujungnya kanker usus.

CEA
Pascaoperasi, Mia menjalani kemoterapi dan pengecekan nilai CEA, Carcinoembryonik Antigen, 3 bulan sekali. CEA adalah antigen tumor yang ditemukan dalam darah penderita kanker, terutama kanker usus besar, payudara, pancreas, kandung kemih, indung telur, dan leher rahim. Nilai CEA diperlukan untuk memonitor perkembangan sel kanker pascaoperasi. “Bila nilai CEA naik pertanda tumor kambuh atau sel kanker menyebar ke organ tubuh lain,” ujar Sunarto.

Enam kali menjalani kemoterapi, nilai CEA Mia normal, di bawah 5 ng/ml. berikutnya ia tidak perlu lagi kemoterapi, tetapi cukup menjalani pemeriksaan CEA saja.
Sampai Oktober 2008, angka CEA itu masih di bawah ambang batas. Kondisi berubah pada Januari 2009 setelah Mia melakukan pemeriksaan CEA. Angka CEA 5,5 ng/ml, 3 bulan sebelumnya 3,8 ng/ml. lonjakan angka CEA itu tak pelak membuat Mia ketar-ketir. Itulah tanda sel kanker mulai menyerang kembali. Menurut Sunarto, rata-rata 5% penderita kanker usus stadium III yang telah menjalani operasi berpeluang terkena lagi.

Mia pun takut nilai CEA bakal terus naik. “Saya tidak kuat menahan sakit seperti dulu lagi,” ujar anak ke-5 dari 6 bersaudara itu. Keluarga juga tidak tega bila Mia harus dirawat lagi.

Mariam-bukan nama sebenarnya-kakak Mia, berupaya mencari kesembuhan kanker di dunia maya. Di sana ia menemukan informasi bahwa keladitikus mujarab sebagai herbal antikanker. Mariam lantas menyarankan Mia mencoba obat herbal itu.


Keladitikus

Sebanyak 60 tanaman keladitikus seharga Rp5.000/tanaman langsung dibeli dari penyedia tanaman herbal di Bekasi. Mia mengolah satu tanaman utuh untuk sekali minum. Umbi, batang, dan daun ditumbuk halus lalu diperas.

Mia meminum air perasan itu dengan sesendok madu setiap pagi dan sore. Sebulan rutin mengkonsumsi hasil bagus mulai tampak. Saat dicek pada Februari 2009, angka CEA turun, 2 ng/ml. hasil positif itu membuat Mia rajin mengkonsumsi keladitikus sampai sekarang. Pemeriksaan pada Maret 2009, angka CEA ajek di 2 ng/ml. artinya sel kanker gagal berkembang alias tidak kambuh lagi di tubuh Mia.

Hilangnya sel-sel kanker di tubuh Mia bukan suatu kebetulan. Rubiyantoro, herbalis dari Kampoeng Herba, di Pekayon Jaya, Bekasi, Jawa Barat, mengatakan keladitikus memang ampuh melawan kanker. Anggota family Araceae itu juga bekerja baik mencegah kanker berulang pascaoperasi. Khasiat lain mencegah efek buruk kemoterapi.
Mereka yang menjalani kemoterai dan mengkonsumsi keladitikus secara teratur, terbukti nafsu makannya pulih, rambut tidak mudah rontok, dan rasa sakit di badan berkurang.

Hasil penelitian Choon-Sheen Lai, periset dari Pusat Penelitian Obat, Universitas Sains Malaysia, membuktikan keladitikus Typhonium flagelliforme menghambat pertumbuhan sel kanker dan mnginduksi apoptosis. Menurut Choon nilai IC50-konsentrasi yang menyebabkan kematian 50% populasi sel uji-ekstrak heksan dan diklorometana (DCM) keladitikus berturut-turut adalah 53,89 ug/ml dan 15,43 ug/ml. artinya, dosis 53,89 ug/ml dan 15,43 ug/ml ekstrak heksan dan DCM keladitikus ampuh menghambat 50% pertumbuhan sel kanker.

Hasil ini diperkuat penelitian Peni Indrayudha dari Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah. Peni membuktikan keladitikus mengandung Ribosom Inactivating Protein RIPs yang menghambat sintesis protein pada sel kanker sehingga perkembangannya terpasung.
(Majalah Trubus, Juni 2009)

Untuk mendapatkan kapsul keladitikus, hubungi 081288851177.
Per botol isi 80 kapsul, harga Rp 50.000.


ARTIKEL TERBARU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar