Cari di Sini

Selasa, 21 Juli 2009

Riset Ilmiah Tumbuhan Sarang Semut


Hasil diagnosis dokter Samuel menyebutkan, Mona Pangkey mengidap tumor akibat kelainan kelenjar. Kabar itu terasa menyakitkan bagi ibu satu anak itu. Resep dari dokter segera ia tukarkan di apotek lantaran hasrat untuk sembuh begitu besar. Sayang, impian sembuh bagai fatamorgana yang sulit direngkuh. Setahun mengkonsumsi obat-obatan yang disarankan dokter, penyakit maut itu masih bercokol. Itulah sebabnya, Mona melirik pengobatan herbal.

Namun, jalan penyembuhan itu pun tak memberi banyak harapan. Sakitnya tak kunjung membaik. Saya sangat khawatir dan gelisah karena saya sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak kecil, katanya. Kegelisahannya memuncak tatkala tumor itu meranum, lalu pecah. Nanah dan darah mengalir deras dari luka itu. Ia merasakan nyeri yang sangat sehingga selama 3 pekan beristirahat.

Meski demikian harapan untuk sembuh tak pernah putus. Ketika suaminya membawa serbuk sarang semut dari teman sejawat, harapan itu meletup-letup. Maklum, di kemasan memang tertulis, sarang semut antara lain mampu mengatasi tumor dan kanker. Hari itu, pada pertengahan 2005, mulailah Mona Pangkey meminum rebusan serbuk sarang semut.

Yang disebut sarang semut bukan sarang yang dibuat oleh semut dan menggelantung di pohon-pohon. Sarang semut nama sekelompok tumbuhan epifit yang menempel di pohon. Kelompok tumbuhan itu terdiri atas 2 genus Myrmecodia dan Hydnophytum dengan belasan spesies. Umbi kedua jenis tumbuhan anggota famili Rubiaceae itu menggelembung dipenuhi duri tajam. Di dalam umbi itulah terdapat labirin-labirin yang dihuni oleh semut dan cendawan.

Daging umbi tanaman itulah yang diris tipis-tipis, dijemur, dan dikemas dalam plastik transparan. Ramuan itu disodorkan kepada Mona Pangkey oleh sang suami. Setiap hari ia 3 kali minum rebusan sarang semut masing-masing segelas. Sebulan berselang, benjolan di leher hilang sama sekali bersamaan dengan mengeringnya luka dan lenyapnya sakit saat mengunyah.

Mona penasaran dengan kejadian itu. Pada September 2005 ia memeriksakan diri ke dokter yang dulu menyarankan untuk mengoperasi tumornya. Dokter terheran-heran saya sudah sembuh. Lalu dokter menanyakan apakah saya minum obat lain? Karena katanya selama ini pasien-pasiennya penyakit yang sama, tidak pernah bisa sembuh secepat yang saya alami, paparnya.

Terbukti

Secara empiris sarang semut tak hanya tokcer menyembuhkan tumor atau kanker. Penyakit-penyakit lain yang berhasil diatasi oleh kerabat kacapiring itu antara lain bronkitis, diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, dan stroke (baca: Sang Penambal Jantung Bocor, halaman 16- 17). Oleh karena itu kini banyak pasien menyandarkan harapan kesembuhan pada sarang semut seperti dialami Mona Pangkey.

Kesembuhan Mona Pangkey bukan sekadar kebetulan belaka. Para peneliti negeri jiran membuktikannya melalui serangkai riset ilmiah. Dalam uji in vitro, anggota famili Rubiaceae itu terbukti tokcer mengatasi sel kanker. Yang membuktikan keampuhan itu adalah Qui Kim Tran dari University National of Hochiminch City dan koleganya seperti Yasuhiro Tezuka, Yuko Harimaya, dan Arjun Hari Banskota. Ketiga orang sejawat Qui itu bekerja di Toyama Medical and Pharmaceutical University.

Qui Kim Tran mengambil by ki nam-sebutan sarang semut di Vietnam-dari Tinh Bien, Provinsi Angiang dan Provinsi Lamdong. Di negeri lumbung beras itu sarang semut secara tradisional dimanfaatkan untuk mengatasi beragam penyakit seperti diare, hepatitis, keputihan, malaria, dan rematik.

Tumbuhan berbobot 2-3 kg itu kemudian diekstrak dengan berbagai pelarut seperti air, methanol, dan campuran methanol-air. Mereka lantas menumbuhkan 3 sel kanker yang amat metastesis alias mudah menyebar ke bagian tubuh lain seperti kanker serviks, kanker paru, dan kanker usus.

Masing-masing hasil ekstraksi itu lalu diberikan kepada setiap sel kanker. Hasilnya menakjubkan, sarang semut mempunyai aktivitas antiproliferasi. Dalam dunia kedokteran, proliferasi berarti pertumbuhan sel yang amat cepat dan abnormal. Kanker memang berarti pertumbuhan sel yang cepat dan tak terkendali. Antiproliferasi berarti menghambat proses perbanyakan sel itu, papar dr Willy Japaries MARS, dokter alumnus Universitas Indonesia.

Seperti dikutip Biology Pharmaceutical Bulletin, periset itu menuturkan, Seluruh ekstrak sarang semut menekan proliferasi sel tumor manusia. Dalam uji itu terbukti tingkat efektivitas EC50 mencapai 9,97 mg/ml pada ekstrak methanol. Artinya hanya dengan dosis kecil, 9,97 mg/ml, ekstrak sarang semut mampu menekan 50% laju pertumbuhan sel kanker. Sedangkan EC50 pada ekstrak air 22,3 mg/ml; campuran methanol-air, 11,3 mg/ml. Riset itu seperti meneguhkan pengalaman empiris banyak orang yang sembuh dari kanker. Menurut Hendro Saputro, produsen sarang semut di Wamena, Papua, secara empiris sarang semut mampu mengatasi beragam jenis kanker, selain kanker nasofaring. (Trubus/Kamis, 1 Juni 2006)

Untuk mendapatkan sarang semut, silahkan hubungi 081288851177


ARTIKEL TERBARU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar